Sabtu, 17 Desember 2016

Pengalaman Komunikasi 4 (Belanja yuk)

Pada hari kamis, teman ku ingin ditemani ke ITC membeli baju. Karena saat itu tidak ada jadwal kelas lagi maka aku pun setuju ke ITC. Sesampainya disana, teman ku tampak bingung memilih baju. Aku pun merekomendasikan baju untuknya. “bagaimana yang ini del? Kayaknya cocok sama kamu”. Teman ku adelina menjawab “aku penginnya baju yang lengan pendek yan bukan lengan panjang”. Lalu aku pun melihat lihat baju yang lengan pendek untuk teman aku itu.
Setelah 30 menit, setelah memilih baju dari sana ke sini akhirnya teman ku menemukan baju yang dia inginkan. Dia membeli 3 pasang baju atasan. “beli 3 aja del? Mau beli lagi ngga” ujarku. Adelina menjawab “udah yan segini aja. Uang ku ngga cukup haha”.
Lalu kami pun pulang. ketika diperjalanan, aku melihat toko yang menjual payung. Karena payung aku rusak, aku pun berniat untuk membeli payung yang baru. Lalu aku memilih payung yang sekiranya kuat, simple dan bagus. Aku bertanya ke penjualnya “ibu, yang iniberapa?”. Ibu toko payung menjawab “yang itu Rp60.000 neng soalnya itu yang paling bagusnya. Kalo yang ini Rp30.000”. aku pun membuka bungkus payungnya untuk mengecek apakah bagus atau tidak. Lalu aku melihat payung yang berwarna biru muda dan kelihatannya itu yang paling berbeda dari yang lainnya dan sangat elegan menurutku. Aku meminta pendapat ke temanku “del yang ini bagus ngga? Lucu kan ya?. Temanku menjawab “iya sih lucu. Kuat lagi payungnya”. Akupun memilih payung tersebut lalu membayarnya. Setelah itu, kamipun pulang kekosan.

Minggu, 30 Oktober 2016

Tokoh - Tokoh Komunikasi


1.            David K. Berlo

Berlo lahir tahun 1929. Ia merupakan salah satu mahasiswa generasi pertama di Program Doktor Komunikasi di bawah kepemimpinan Wilbur Schramm di Illinois. Berlo dikenal juga sebagai penemu program komuniaksi di Universitas Michigan yang banyak melahirkan doktor komunikasi. Berlo merupakan penulis buku teks komunikasi yang terkenal, The Process of Communication (1960). Buku ini mengajarkan model komunikasi SMCR; Source-Message-Channel-Receiver. Berlo mendasarkan rumusannya pada model komuniaksi yang dirumuskan Shannon, yaitu teori informasi dengan model matematikanya. Berlo menjadi mahasiswa program doktor yang dipimpin Wilbur Schramm di Illinois tahun 1953. Sebelumnya Berlo adalah mahasiswa Jurusan Matematika di Universitas Missouri. Berlo kelak menjadi pimpinan di fakultas komunikasi yang dibuka di Universitas Michigan.


2.            Theodore Newcomb (1953)

Theodore Mead Newcomb (24 Juli, 1903) lahir di Rock Creek, di ujung timur laut Ohio dan seorang perintis dalam bidang psikologi sosial. Hanya 50 tahun ia bekerja untuk peningkatan motivasi manusia, persepsi dan belajar untuk membentuk pemahaman yang mendalam tentang proses sosial. Pada 1929, ia memulai karir profesionalnya di departemen psikologi di University of Michigan. Pada tahun 1934, ia mendapat tawaran besar dari New Bennington College di Vermont yang menyebabkan perubahan luar biasa dalam sisa nya karir profesionalnya. Karyanya “Personality and Social Change” (1943), “Social Psychology” (1950). Ia menerbitkan sebuah pendekatan sosial baru di bidang komunikasi yang disebut teori "ABX" (kemudian menjadi model Newcomb) dan itu diterbitkan dalam nama “An Approach to the Study of Communicative Acts (1953)”. Ia menerbitkan sebuah karya besar dalam bidang psikologi sosial yang disebut “The Acquaintance Process”  (1961).
Theodore Newcomb memandang komunikasi dari perspektif psikologi-sosial.modelnya mengingatkan kita paa diagram jaringan kelompok yang dibuat oleh para psikolog social dan merupakan formulasi awal mengani konsistensi kognitif. Dalam model komunikasi tersebut- yang sering diebut juga dengan model ABX atau moel simetri- Theodore Newcomb menggambarkan bahwa seseorang, A, menyampaikan informasi kepada seorang lainnya, B, mengenal sesuatu, X. model tersebut mengamsusikan bahwa orientasi A (sikap) terhadap B dan terhadap X saling bergantung, dan ketiganya merupakan suatu system yang terdiri dari empat orientasi.
Orientasi A terhadap X, yang emliputi sikap terhadap X sebagai objek yang ahrus didekati atau dihindari dan atribut kognitif (kepercayaan dan tatanan kognitif)
Orientasi A terhadap B, dalam pengertian yang sama.
Orientasi B terhadap X.
Orientasi B terhadap A.
Dalam model Theodore Newcomb, komunikasi adalah suatu cara yang lazim dan efektif yang memungkinkan orang-orang mengorienyasikan diri terhadap lingkungan mereka. Ini adalah suatu model tindakan komunikatif dua-orang yang disengaja (intensional). Model ini mengisyaratkan bahwa setiap system apapun mungkin ditandai oleh suatu keseimbangan kekuatan-kekuatan dan bahwa setiap perubahan dalam bagian mana pun dari system tersebut akan menimbulkan suatu ketegangan terhadap keseimbangan atau simetri, karena ketidakseimbangan atau kekurangan simetri secara psikologis tidak menyenangkan dan menimbulkan tekanan internal untuk memulihkan keseimbangan.


3.            STEPHEN W. LITTLEJOHN

Stephen W. Littlejohn adalah orang komunikasi yang juga berbicara tentang filsafat komunikasi. Littlejohn menelaah teori dan proses komunikasi. Littlejohn membagi proses komunikasi dalam tiga tahap dan empat tema utama. Tahapan itu adalah tahap metateoritis, hipotetis dan deskriptif.Tema utamanya adalah tema epistemologis, ontologis, perspektif dan aksiologis.
Dalam bukunya yang berjudul "Theories of Humas Communication", Littlejhon menyajikan suatu sub bab yang berjudul "Philosophical Issues in the Study of Communication", yang menelaah teori dan proses komunikasi dengan membagi menjadi tiga tahap dan empat tema. Tahap pertama adalah metatheorical, kedua hypothetical, dan ketiga descriptive. Sedangkan tema yang empat itu adalah epistemology[pertanyaan mengenai pengetahuan], onology [pertanyaan mengenai eksistensi], perspective [pertanyaan mengenai fokus] dan axiology[pertanyaan mengenai nilai].
Tahap Metatheorical, Meta mempunyai beberapa pengertian, yakni [1] berubah dalam posisi/changed in position, [2] melebihi/beyond, diluar pengertian dan pengalaman manusia/trancending, serta lebih tinggi/higher.


4.            Harold dwight lasswell

Lasswell dilahirkan di Donnellson, Illinois pada 1902. Ketika berusia 16 tahun, ia masuk Universitas Chicago dengan beasiswa. Pada tahun 1922 Lasswell mengambil program doktoral di bidang ilmu politik. Ia merasa tertantang karena bidang politik tidak terlalu berkembang. Empat tahun kemudian, ia meraih gelar Ph.D. dalam bidang tersebut setelah melakukan studi dan mengumpulkan data di Swiss, Inggris, dan Jerman. Disertasi doktoral Lasswell adalah tentang analisis isi (content analysis) propaganda selama Perang Dunia I. Tahun 1927 ia diangkat menjadi asisten profesor ilmu politik di Universitas Chicago, kemudian mempublikasikan disertasinya dengan judul “Propaganda Techniques in the World War”.
Pemikiran Lasswell yang terkenal adalah analisisnya mengenai propaganda selama Perang Dunia I. Lasswell, yang memang berlatar belakang politik, kemudian mempublikasikan pemikirannya dalam bentuk buku yang berjudul “Propaganda Technique in the World War”. Menurut Lasswell, propaganda merupakan “usaha sepenuhnya untuk mengontrol opini dengan menggunakan simbol tertentu, atau berbicara secara lebih konkret (walaupun kurang akurat) melalui cerita, rumor, laporan, foto, dan bentuk lain dari komunikasi sosial. Propaganda memiliki empat tujuan : memobilisasi kekuatan sendiri, memperkuat pertemanan dengan sesama sekutu, mempengaruhi pihak netral, dan menjatuhkan mental musuh.” Lasswell juga terkenal dengan model komunikasi yang dikemukakannya yaitu : Who says what to whom with what effect?.Who merujuk kepada siapa yang mengontrol (menyampaikan) pesan. Says What menunjuk kepada pesan yang disampaikan. To whom merujuk kepada penerima atau audiens. Serta with what effect berhubungan dengan efek yang terjadi.


5.            Everett M. Rogers

Everett M. Rogers (6 Maret 1931 - 21 Oktober 2004) adalah seorang sarjana komunikasi, sosiolog, penulis, dan guru. Dia terkenal karena berasal difusi teori inovasi dan memperkenalkan adopter awal istilah.Rogers lahir pada Pertanian Pinehurst keluarganya di Carroll, Iowa, pada tahun 1931. Ayahnya mencintai inovasi pertanian elektromekanis, tapi yang sangat enggan untuk memanfaatkan inovasi biologi-kimia, sehingga ia menolak mengadopsi benih jagung hibrida baru, meskipun itu menghasilkan 25% lebih tanaman dan tahan terhadap kekeringan.
Rogers memiliki konsep yang disebut Rogers-Farace Coding System (one up, one down, dan one across) yang dapat digunakan untuk menghitung pertukaran pesan komunikasi.
Sistem koding ini telah digunakan pada sejumlah bidang mulai dari interaksi polisi dengan negoisasi buruh, anak-anak yang tidak dapat belajar, wawancara pekerjaan, interaksi di ruang kelas, pertemuan staf dengan manajer hingga konteks perkawinan dan sistem keluarga. Rogers dikenal dengan tulisan-tulisannya tentang difusi inovasi dan jaringan komunikasi. Terdapat beberapa buku karya Rogers yang terkenal diantaranya Communication Network, Communication Technology New Media in Society, History of Communication Study a Biographical Approach dan Organization Communication. Rogers termasuk ilmuwan yang merasakan terdapatnya aspek lain selain pendekatan scientific yang cenderung memandang komunikasi sebagai proses yang linier. Seperti Schramm, Rogers juga datang dari disiplin lain, kemudian tertarik mempelajari komunikasi dan dalam perkembangannya menetap menekuni ilmu komunikasi. Rogers meraih gelar master dari Iowa State University. Rogers meraih gelar doktor tahun 1957 dengan disertasi bertema tentang difusi inovasi pertanian di antara para petani di sebuah masyarakat pedesaan di Iowa. Setelah mendapat gelar doktor, Rogers pindah ke Ohio State University sebagai asisten profesor dalam sosilogi pedesaan dengan spesialisasi difusi inovasi. Di tempat ini Rogers aktif melakukan berbagi penelitian komuniaksi yang banyak dilakuakn secara lintas departemen. Pada tahun 1964 Rogers pindah ke Michigan State University dan bersama-sama dengan David K. Berlo membina jurusan ilmu komunikasi. Rogers mengabdi di michigan State University hingga tahun 1972 kemudian pindah ke Stanford University. Di sini Rogers menggantikan Schramm sebagai Ketua Departemen Komunikasi. Terakhir Rogers memimpin Departemen Komuniaksi University of New Mexico di negara bagian selatan amerika. Secara formal Rogers berasal dari sosiologi, tetapi perhatiannya lebih banyak pada komunikasi.


6.            Wilbur Lang Schramm

Wilbur Schramm mempunyai nama lengkap Wilbur Lang Schramm, seorang pakar komunikasi berparadigma positivistik dari Amerika Serikat. Beliau lahir di Marietta, yakni sebuah kota yang terletak di batas selatan Ohio, yang diberi nama oleh penjajah Perancis pada tanggal 5 Agustus 1907dan meninggal di Honolulu, Hawaii pada tanggal 27 Desember 1987. Leluhur Schramm berasal dari Schrammsburg, Jerman, dan nama Jerman yang didapat Schramm dikarenakan kesulitan keluarganya selama Perang Dunia I, sewaktu Schramm masih anak-anak. Ayahnya adalah seorang pengacara di Marietta, yang membuka praktek legal yang menyedihkan.
Schramm membuat serangkai model komunikasi, dimulai dengan model komunikasi manusia yang sederhana (1954), lalu model yang lebih rumit yang memperhitungkan pengalaman dua individu yang mencoba berkomunikasi, hingga ke model komunikasi yang dianggap interaksi dua individu.
Model yang pertama mirip dengan model Shannon dan Weaver. Dalam modelnya yang kedua, Schramm memperkenalkan gagasan bahwa kesamaan dalam bidang pengalaman sumber dan sasaran-lah yang sebenarnya dikomunikasikan, karena bagian sinyal itulah yang dianut sama oleh sumber dan sasaran. Model ketiga, Schramm menganggap komunikasi sebagai interaksi dengan kedua pihak yang menyandi, menafsirkan, menyendi-balik, mentransmisikan dan menerima sinyal. Di sini kita melihat umpan balik dan ”lingkaran” yang berkelanjutan untuk berbagi informasi.
Sebagai penulis yang produktif, Wilbur Schramm telah berhasil menulis beberapa judul buku, antara lain:
1. Men, Messages and Media (1973).
2. Beginnings of Communication Study in America: A Personal Memoir (April 1997). Ditulis bersama Everett M. Rogers dan Steven H. Chaffee.
3. Four Theories of the Press: The Eutoritarian, Libertarian, Social Responsibility, and Soviet Communist Concepts of What the Press Should Be and Do. Ditulis bersama Theodore Peterson, dan Frederick S. Siebert.
4. Big Media, Little Media: Tools and Technologies for Instruction (Januari 1977).
5. The Science of Human Communication (1963).
6. Story of Human Communication: Cave Painting to Microchip (Januari 1988).
7. Television in the Lives of Our Children (Juni 1961).


7.            Warren Weaver

Weaver (1894-1978), adalah seorang ilmuwan Amerika, lulusan. Univ. of Wisconsin. Ia mengajar matematika di Wisconsin (1920-1932), Weaver adalah direktur divisi ilmu alam di Institut Rockefeller (1932-1955), dan konsultan ilmu (1947-1951), wali amanat (1954), dan wakil presiden (dari 1958 ) di Institut Sloan-Kettering untuk Riset Kanker. Penelitian Weaver adalah tentang masalah komunikasi dalam ilmu pengetahuan dan dalam teori matematika probabilitas. Dia adalah salah satu pendiri teori informasi, atau teori komunikasi. Tulisan-tulisannya meliputi kata pengantar untuk bekerja di lapangan bersama Claude E. Shannon’s The Mathematical Theory of Communication (1949).
Model Shannon dan Weaver sering disebut model matematis atau model teori informasi. Model ini menyoroti masalah penyampaian pesan berdasarkan tingkat kecermatannya. Model ini melukiskan suatu sumber yang menyandi atau menciptakan pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran kepada seorang penerima.. Model Shannon Weaver mengasumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan suatu pesan untuk dikomunikasikan dari seperangkat pesan yang dimungkinkan. Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi sinyal yang sesuai dengan saluran yang digunakan. Saluran (channel) adalah medium yang mengirimkan sinyal (tanda) dari transmitter ke penerima (receiver). Dalam percakapan, sumber informasi adalah otak, transmitternya adalah mekanisme suara yang menghasilkan sinyal (kata-kata terucapkan), yang ditransmisikan lewat udara (sebagai saluran). Penerima (receiver), yakni mekanisme pendengaran, melakukan operasi yang sebaliknya yang dilakukan transmitter dengan merekonstruksi pesan dari sinyal. Tujuan (destination) adalah (otak) orang yang menjadi tujuan tersebut.
Suatu konsep penting dalam model Shannon dan Weaver ini adalah gangguan (noise), yakni setiap rangsangan tambahan dan tidak dikehendaki yang dapat menggangu kecermatan pesan yang disampaikan. Noise (gangguan) ini contohnya ialah;
1.   Saat kita mengobrol dengan seseorang melalui telepon genggam, kita sedang berdiri di pinggir jalan dan kita terganggu dengan suara berisik dari kendaraan yang berlalu lalang di depan kita.
2.     Saat seorang dosen mengajar dikelas sedang menjelaskan suatu materi (pesan yang disampaikan) kepada mahasiswa dalam proses pembelajaran tersebut terdapat sumber gangguan misalnya adalah kelas sangat ribut, banyak mahasiswa yang jalan-jalan atau pindah-pindah tempat duduk sehingga kelas menjadi tidak kondusif saat mengajar.
3.  Suara hujan dan petir diluar ruangan, akan mengganggu kelangsungan komunikasi di dalam ruangan.
Menurut Shannon dan Weaver, gangguan ini selalu ada dalam saluran bersama pesan tersebut yang diterima oleh penerima. Dengan adanya sumber gangguan (noise source) ini banyak kemungkinan dapat terjadi. Bisa saja pesan (message) yang disampaikan oleh sumber informasi (info source) tidak sampai ke tujuan (destination), bisa juga si penerima salah mengartikan pesan, atau dapat pula pesan justru diterima orang lain.


8.            Bruce Westley dan Malcolm MacLean

Tahun 1957, Bruce Westley dan Malcolm MacLean merumuskan suatu model yang mencakup komunikasi antarpribadi dan komunikasi massa, dan memasukkan umpan balik sebagai bagian integral dari proses kumunikasi. Model Westley dan MacLean ini dipengaruhi oleh model Newcomb, model Lasswell dan model Sannon dengan Weaver. Mereka menambahkan jumlah peristiwa, gagasan, objek dan orang yang tidak terbatas, yang kesemuanya merupakan “objek orientasi”
Menurut kedua pakar ini, perbedaan dalam umpan balik inilah yang membedakan komunikasi antarpribadi dengan komunikasi massa. Umpan balik dari penerima bersifat segera dalam komunikasi antarpribadi, sementra dalam komunikasi massa bersifat minimal dan atau tertunda. Sumber dalam komunikasi antarpribadi lebih beruntung daripada dalam komunikasi massa. Dalam arti bahwa dalam komunikasi antar pribadi sumber dapat langsung memanfaatkan umpan balik dari penerima untuk mengetahui apakah pesannya mencapai sasaran dan sesuai dengan tujuan komunikasinya atau tidak. Dalam komunikasi massa, sumber, misalnya penceramah agama, calon presiden yang berdebat dalam rangka kampanye politik, atau pemasang iklan, yang disiarkan televisi, tidak dapat secara langsung mengetahui bagaimana penerimaan pesannya oleh khalayak pemirsa. Umpan balik dapat saja diterima pengirim pesan, namun mungkin beberapa hari atau beberapa minggu kemudian.
Dalam model Westley Maclean ini terdapat lima unsur, yaitu: objek orientasi, pesan, sumber, penerima, dan umpan balik.
Model Westley dan Maclen mencakup beberapa konsep penting: umpan balik, perbedaan dan kemiripan komunikasi antarpribadi dengan komunikasi massa, dan pemimpin pendapat yang penting sebagai unsur tambahan dalam komunikai massa. Model ini juga membedakan yang bertujuan (purposif) dengan pesan yang tidak bertujuan (nonpurposif). Pesan yang bertujuan adalah pesan yang dikirimkan sumber untuk mengubah citra penerima mengenai sesuatu dalam lingkungan. Pesan yang nonpurposif adalah pesan yang dikirimkan sumber kepada penerima secara langsung atau melalui sesuatu namun tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi penerima.


9.            Paulus Felix Lazarsfeld

Paulus Felix Lazarsfeld lahir pada tanggal 13 Februari 1901 dan meninggal pada tanggal 30 Agustus 1976 adalah salah satu tokoh utama sosiologi di Amerika abad ke-20 . Pendiri Universitas Columbia 's Biro Penelitian Sosial Terapan, ia diberikan pengaruh yang besar atas teknik dan organisasi penelitian sosial . "Hal ini tidak begitu banyak bahwa ia adalah seorang sosiolog Amerika," kata salah satu rekan tentang dia setelah kematiannya, "seperti yang ia menentukan apa yang akan sosiologi Amerika hadapi."
Pengaruh Lazarsfeld melakukan langkah besar dalam survei statistik analisis, metode panel, analisis struktur laten, dan analisis kontekstual. Ia juga dianggap sebagai pendiri sosiologi matematika. Banyak ide-idenya telah begitu berpengaruh untuk sekarang dianggap jelas. Ia juga mencatat untuk mengembangkan langkah arus komunikasi dua model.
Hal yang ditemukan Lazarsfeld bahwa terdapat banyak hal yang terjadi saat media massa menyampaikan pesannya. Cara kerja media massa dalam mempengaruhi opini masyarakat terjadi dalam dua tahap. Disebut dua tahap karena model komunikasi ini dimulai dengan tahap pertama sebagai proses komunikasi massa, yaitu sumbernya adalah komunikator kepada pemuka pendapat. Kedua sebagai proses komunikasi antarpersonal, yaitu dimulai dari pemuka pendapat kepada pengikut-pengikutnya. Proses tersebut bisa digambarkan seperti bagan di bawah ini:
Media Massa ---> Pesan-pesan ---> Opinion Leaders ---> Followers (Mass Audience)
    Pada  masa selanjutnya, teori ini memperlihatkan bahwa pengaruh media itu kecil, ada variabel lain yang lebih bisa mendominasi dalam mempengaruhi masing-masing penonton.
Karya-karya Paul F. Lazarsfeld
1.            Radio and the Printed Page: an Introduction to the Study of Radio and Its Role in the Communication of Ideas (1940)
2.            Remarks on Administrative and Critical Communication Research dalamStudies in Philosophy and Social Science 9 (1941)
3.            Mathematical Thinking in the Social Science (1954)


10.          Aristoteles

Aristoteles (bahasa Yunani: ‘Aριστοτέλης Aristotélēs), (384 SM – 322 SM) adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander yang Agung. Ia menulis tentang berbagai subyek yang berbeda, termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik, pemerintahan, etnis, biologi dan zoologi. Bersama dengan Socrates dan Plato, ia dianggap menjadi seorang di antara tiga orang filsuf yang paling berpengaruh di pemikiran Barat.
Model komunikasi yang digunakan oleh Aristoteles pada dasarnya adalah model komunikasi paling klasik, model ini disebut model retoris (rhetorical model). Inti dari komunikasi ini adalah persuasi, yaitu komunikasi yang terjadi ketika seorang pembicara menyampaikan pembicaraannya kepada khalayak dalam mengubah sikap mereka. Ilmu retorika pada awalnya dikembangkan di Yunani berkaitan dengan ilmu tentang seni berbicara (Techne Rhetorike).
Dalam bukunya yang berbicara mengenai Rhetorica, Aristoteles berusaha mengkaji mengenai ilmu komunikasi itu sendiri dan merumuskannya kedalam model komunikasi verbal. Model komunikasi verbal dari Aristoteles ini merupakan model komunikasi  pertama dalam ilmu komunikasi. Ia juga menuliskan bahwa suatu komunikasi akan berjalan apabila ada 3 unsur utama komunikasi yaitu pembicara (speaker), pesan (message), dan pendengar. Aristoteles memfokuskan komunikasi pada komunikasi retoris atau yang lebih di kenal saat ini dengan komunikasi publik (public speaking) atau pidato, sebab pada masa itu seni berpidato terutama persuasi merupakan keterampilan penting yang dibutuhkan pada bidang hukum seperti pengadilan, dan teori retorika berpusat pada pemikiran mengenai retorika (mempersuasif).
Perlu diingat bahwa model komunikasi ini semakin lama semakin berkembang, tapi selau akan ada tiga aspek yang selalu sama dari masa ke masa, yaitu : sumber pengirim pesan, pesan yang dikirimkan, dan penerima pesan.
DIAGRAM MODEL KOMUNIKASI ARISTOTELES



Minggu, 23 Oktober 2016

Pengalaman Komunikasi 3 (Servis Laptop)

Entah kenapa Microsoft Office di laptop saya tidak bisa di buka. Saya mengira bahwa itu terkena virus. Padahal saya sedang ada tugas yang harus di ketik. Saya pun menanyakan kepada teman tempat untuk servis laptop. Teman saya menyarankan di ITC. Kebetulan sekali bahwa ITC sangat dekat dari kosan saya. Cuaca saat itu tidak mendukung tetapi saya tetap ke ITC karena jika di tunda-tunda maka tugas juga tidak bisa dikerjakan. Butuh waktu 5 menit sampai di ITC menggunakan kendaraan umum. Setibanya disana,saya ke lantai 3 yaitu tempat servis laptop.
Saya                       : “Pa, mau servis laptop”
Tukang servis     : “Apanya yang rusak neng?”
Saya                       : “Ini Microsoft Office nya tidak bisa di buka. Sepertinya terkena virus”
Tukang servis    : “Coba ya, saya cek dulu” (sambil menyalakan laptop saya & mengeceknya)
Saya                       : “Gimana pa? Benar kan kena virus?”
Tukang servis    : “Iya ini mah kena virus neng. Terus juga microsoft office nya belum di aktivasi jadi kalau nyambung ke internet bisa tidak bisa seperti ini”
Saya                      : “Iya gitu pa? Saya kurang tahu soalnya kakak saya yang biasanya mengurusi aplikasi di laptop saya. Saya hanya memakai saya”
Tukang servis    : “Iya neng. Ini juga kan ada 2 aplikasi anti virusnya. Harusnya 1 saja. Jadi jika ada 2, yang 1 itu bisa virus”
Saya                       : “Jadi harus ada yang di hapus?
Tukang servis     : “Iya”
Saya                       : “Ya sudah hapus saja pa. Itu bagusan yang mana? Smadav atau avast?”
Tukang servis     : “Bagusan yang avast sih”
Saya                       : “Ya sudah pa yang smadav di hapus saja”
Tukang servis    : (Beliau pun langsung menghapus aplikasi-aplikasi yang tidak penting dan menginstal microsoft office yang baru lagi) ”sebentar ya neng. Mungkin lumayan lama”
Saya                       : “Iya pa tidak apa-apa”
Tukang servis     : “Neng sekolah dimana?”
Saya                       : “Di Unpas lengkong pa”
Tukang servis    : “Jurusan apa?”
Saya                   : “Ilmu komunikasi pa”
Tukang servis    : “Ilmu komunikasi kenapa tidak bisa mengotak ngatik laptop neng? Biasanya ilmu komunikasi kan pegangannya itu laptop”
Saya                      : “Saya baru semester 1 pa jadi belum di ajarin dan kurang mengetahui aplikasi-aplikasi yang ada di laptop”
Tukang servis     : “Oh baru masuk tahun ini. Pantes aja kalo tidak mengetahui. Hehe”
Saya                       : “Iya pa. Hehe”
2 jam pun telah berlalu. Akhirnya microsoft office sudah bisa di gunakan.
Tukang servis     : “Ini neng. Sudah selesai. Sudah bisa di gunakan kembali”
Saya                       : “alhamdulillah. Iya pa. Makasih. Berapa pa?”
Tukang servis     : “Rp25.000 neng”
Saya                       : (mengeluarkan uang dari dompet) “Ini pa”
Tukang servis     : (menerima uang lalu mengeluarkan note) “Ini note nya neng. Garansi nya 1 minggu ya. Kalo ada masalah bisa ke sini lagi”
Saya                       : “Iya pa siap. Terimakasih pa” (saya pun pulang)




Minggu, 16 Oktober 2016

Pengalaman Komunikasi 2 (Diklat LPM)

Saya mengikuti salah satu UKM di Unpas yaitu LPM (Lembaga Pers Mahasiswa) karena saya tertarik pada jurnalistik termasuk reporter. Jika UKM pasti bertempat di Unpas Tamansari, maka dari itu saya sering ke Unpas Tamansari ke sekre LPM untuk rapat maupun kegiatan lainnya. Hari ini juga ada rapat LPM untuk membahas soal berita dan membahas tentang kegiatan diskusi buku “Pseudonim” karya Daniel Mahendra yang akan di selenggarakan pada tanggal 29 Oktober 2016 di Aula Sudareja Unpas Lengkong. Saya datang jam 14.00 WIB bersama teman saya. Setelah 1 jam kemudian, kami sampailah di Unpas Tamansari. Setibanya disana ternyata hanya sedikit yang hadir. Mungkin karena mereka punya kesibukan masing-masing hingga tidak bisa ikut hadir dalam rapat hari ini. Ketua LPM  yaitu Egi Budiana langsung mendiskusikan kegiatan apa saja yang akan di lakukan nanti.
Egi          : “Begini, jadi nanti kita itu bakal mengadakan kegiatan Screening Calon Anggota Muda hari sabtu-minggu pada tanggal 22-23 Oktober 2016. ini itu sebenarnya kegiatan santai. Cuma ada interview gitu,pemutaran film juga, dan lain-lain tapi santai kok. Ini juga kami menyiapkan surat pernyataan izin orang tua. Takutnya orang tua kalian tidak setuju soalnya ini kan acara menginap”
Saya      : “Jika pada hari sabtu ada kelass bagaimana?”
Egi        : “Jika kalian ada kelas, lebih baik kalian masuk kelas dahulu. Jika memang sampai sore yasudah tidak apa-apa nanti kalian bisa nyusul soalnya kami tidak menyiapkan surat dispen untuk kalian” (sambil membagikan surat permohonan izin orang tua)
Mahdi   : “Pulang nya sih jam berapa kang?”
Egi        : “Kalo pulangnya hari minggu pagi tapi jam nya belum di pastikan. Oiya kalian juga jangan lupa bawa jaket & makanan yah”
Saya      : “Ini itu acara wajib engga kang?”
Egi        : “Bisa di bilang wajib, bisa di bilang engga. Tapi di usahain dateng yaa.”
Saya      : “Ok. Siap”.
Egi        : “Bagaimana berita yang kalian buat? Sudah?”
Saya      : “Saya sudah kang. Sudah saya kirim juga ke email. Saya buatnya semalam setelah acara WWO (Warna Warni OPMB) 2016 berakhir. Ada kan kang?”
Egi        : “kalau sudah ngirim ke email, konfirmasi dahulu ya lewat line atau sms. Jadi biar langsung di cek”
Saya      : “Saya tidak tahu kang. Saya pikir sudah langsung di cek”.
Egi        : “Ya sudah nanti saya cek dahulu. Yang lain bagaimana sudah dapet belum?”.
Ismail    : “Belum kang. Soalnya bingung nyari beritanya itu seperti apa”.
Deri       : “Iya kang. Saya juga belum bikin”
Egi        : “Beritanya bebas tapi usahakan dulu masih di seputar kampus. Jika tidak ada, bisa di luar kampus”

Deri       : “Ok”

Kamis, 29 September 2016

Pengalaman Komunikasi I (Tanpa Kuota)

Sepertinya setiap orang itu tidak bisa lepas dari gadget. Bahkan dari kalangan usia muda sampai usia tua semua memakai gadget. Namun, bagi kalangan anak muda jika gadget tidak dilengkapi dengan internet maka gadget itu percuma. Iya kan? Bagi mereka sosmed atau sosial media itu harus selalu mereka buka untuk mengetahui hal-hal atau postingan terbaru atau untuk mengisi waktu luang mereka. Tapi jika tidak ada internet atau kuota maka mereka hanya bisa gigit jari dan menatap teman-temannya yang sedang asik chattingan atau apapun itu. Ini juga yang sedang saya alami selama seminggu ini. Karena dikosan saya ada wifi maka saya pun santai-santai saja jika tidak ada kuota internet.
Hingga tiba saatnya saya masuk kuliah untuk hari pertama, saya melihat teman-teman baru saya asik menggunakan gadget mereka untuk membuka sosial media mereka. Sedangkan saya? Saya hanya bisa memperhatikan mereka. Inilah resiko jika tidak ada kuota.
Setelah 2 jam berlangsung, mata kuliah pengantar ilmu komunikasipun selesai. Ada waktu 1 jam untuk istirahat. Istirahat itu saya gunakan untuk pulang ke kosan. Saat dijalan, saya mampir ke toko yang jualan kartu & pulsa.
Saya                    : “Permisi ibu, di sini ada kartu kuota telkomsel?” 
Ibu toko          : “Oh maaf, neng. Kartu telkomsel nya lagi kosong. Adanya nanti sore atau tidak besok. Gimana?”
Saya                    : “(dengan perasaan sedih) Yaahhh ibu. Padahal saya lagi butuh sekarang”
Ibu toko              : “Kalau sekarang belum ada. Adanya kartu yang lain selain telkomsel”
Saya                    : “Ya sudah ibu tidak apa-apa. Nanti sore saya kesini lagi saja”
Ibu toko              : “Iya neng”
Saya pun pulang ke kosan dengan perasaan sedih dan sedikit kecewa.